Diam

Pengen ngakak, satu respon yang hampir menjadi ekspresi wajahku siang ini menanggapi cerita seseorang akan diriku tentang penggalan masa lalu. Sorry! Bukannya gak sopan, aku hanya diam mengulum senyum sebagai pengganti tawa yang hampir meledak.

Apa yang membuatku ingin tertawa terbahak-bahak? She said,” Da kamu mah gak suka marah...”. Terang aja pengen ketawa, mana ada orang yang gak pernah marah, terlebih itu aku. Hanya saja, marahku bukan sebentuk makian. Jika bukan rutukan dalam diam ya... yo adu fisik alias berantem gampar tow jotos-jotosan.

Marah adalah suatu ekspresi yang menjadi hak setiap orang. Bentuk dan rupanya tergantung dari perwatakan masing-masing orang. Aku rasa marah yang berbentuk diam adalah suatu ekspresi terbaik.

Kala orang marah, kata-kata sering tak sopan, tak menyenangkan untuk di dengar, dan mungkin kasar. Kata-kata sejenis itu mungkin akan sangat menyinggung pihak yang terkait dalam kemarahan tersebut, bahkan mungkin akan memperburuk keadaan, menimbulkan perselisihan yang pelik. Adu jotos, juga... tidak akan menyelesaikan apa pun selain meninggalkan luka fisik.

Diam bukan berarti mengalah. Tapi memberi ruang dan waktu agar otak dapat berfikir lebih baik. Jika, waktu dan keadaan telah memungkinkan, berbicara dengan nada yang rendah, sopan dan diksi yang baik bukankah masalah akan terselesaikan dengan baik bukan?

Komentar

  1. yo adu fisik alias berantem gampar tow jotos-jotosan. (cadaaaaaaas!!!!)
    ………………. …………. /’ /)
    ……………../´/)……… /¯ //
    …………..,/¯// ………/…//...
    …………./…//. ……./¯ //
    ………../´¯/’´¯/´¯ /…/ /
    ………/’…/… ./… /…/ //
    ……..(’(…´(… ……. ,../’.’)
    ………\………. ….. ..\/…./
    ……….”…\…. ….. . _.•´
    …………\……. ….. ..(.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer