sarkasme



11 Desember 2013
Hari ini kedua kalinya aku bertemu dengannya. Sepertinya dia banyak mendengar tentang seseorang yang dikiranya aku. Dia sungguh tidak mengenalku. Karena dia mengira aku adalah orang lain dan merasa cukup mengenal orang lain itu, dia memperlakukanku seperti orang lain.
Aku hanya diam membiarkannya. Aku lantas tidak meluruskan bahwa dia salah orang. Aku membiarkannya berlaku seolah-olah aku seperti apa yang dia pikirkan. Bukan hanya terhadap dia, aku sering menjadi apa yang dianggap orang lain. Alasan pada mulanya aku hanya tidak ingin ribet dengan urusan kesalahpahaman. Terkadang mengeluarkan sesuatu dari kotaknya itu tidak mudah.
Aku tidak suka orang yang banyak omong. Meski aku sering mengeluarkan kata-kata sarkasme bukan berarti aku sungguh-sungguh ingin menghina. Ketika aku mengeluarkan kata-kata sarkasme artinya “aku sudah diperlakukan buruk olehmu lebih dari tiga kali dengan cara yang sama, dan aku berharap kamu tidak mengulanginya lagi”. Perlakuan buruk yang lebih dari tiga kali sama saja kau sudah menghina orang itu. Namun orang lebih mudah untuk melihat keburukan orang lain daripada keburukan pada dirinya sendiri. Mungkin juga termasuk aku.
Aku tahu tidak seharusnya membalas perbuatan buruk orang lain. Ada kalanya kita harus tega pada orang lain agar dia juga berubah agar tidak mengulangi perbuatan buruknya. Aku juga ada cara lain untuk mengubah perilaku buruk, yaitu dengan berbicara dari hati ke hati. Namun seringnya orang tidak siap membuka hatinya untuk sebuah kritik dan tindakan nyata. Begitu pula aku.
Semua manusia butuh waktu untuk memproses rasa “sakit” dari sebuah kritikan dan mengadaptasinya menjadi sebuah perilaku yang menunjukkan perubahan. So, kini aku tidak lagi mengharap perubahan instan dari orang lain karena aku sendiri juga butuh waktu untuk senantiasa belajar dan berubah agar diri ini lebih baik lagi.
Untuk seseorang nun jauh disana...terima kasih. 

Komentar

Postingan Populer