Surat buat Anggy

Surat buat Anggy...
Bandung, 3 Maret 2006
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Anggy yang baik... saat kamu baca niy surat, aku ga tau gimana keadaan kita. Apa kita masih terjebak bertiga atau udah yang laen-laen? Apa diantara kita masih maen rahasia-rahasiaan atau gimana... aku gak tau.
Sebenarnya, aku disini untuk menyelesaikan semuanya. Tapi kayaknya cita-cita itu cuman impian.
Aku dah bilang... sebego-begonya aku, aku bisa ngerti apapun. Maaf, aku bohong... aku yakin kamu tau aku bohong.... aku bisa ngerasain semuanya, Anggy.... bisa banget!!! Tapi aku takut... aku takut itu cuma perasaan aku.
---maaf lanjutanya di potong---
 
Hari ini... kita masih bertiga. Kenapa? Karena kita bertiga diam, saling menjaga perasaan satu sama lain. Menahan banyak bentuk pertanyaan. Mengerti tanpa saling mengungkapkan. Diam, dan penuh rahasia.
 
Aku yang saat itu ada diantara kalian, merasa sebagai penonton pertunjukan yang para lakonnya adalah sahabat terdekat.  Aku melihat rasa toleransi yang tinggi sekaligus rasa egois. Aku melihat rasa marah juga bulir-bulir air yang mengalir dari sudut mata kalian.
 
Aku punya hak apa untuk mencampuri urusan kalian? Apa hak ku untuk menjawab pertanyaan yang tidak diperuntukkan untukku?
 
Maaf jika aku lepas kendali.
 
Aku marah! Marah melihat sebuah persahabatan diwarnai oleh bisu, tanya, dan rahasia. Hingga kini, bisu, tanya dan rahasia tetap mengisi persahabatan kita. Melidungi satu sama lain tanpa harus mengungkapkan segala rasa.

Tapi jikalau aku boleh memilih... aku akan sangat senang, jika tidak ada kebisuan, pembodohan karena tak bertanya dan rahasia diantara kita. Juga tidak menyelesaikan masalah hanya dengan perasaan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer