tersenyum itu sedekah

Di sebuah mesjid, seorang ustad sedang berdakwah mengenai pajak. Tentunya topik satu ini lagi “panas” bagi masyarakat Indonesia. Jemaah yang hadir dari aneka kalangan, dari yang berpendidikan tinggi hingga yang kurang berpendidikan.

Namanya juga majelis terbuka yang ada sesi interaktif, topik pembicaraan pun melebar ke zakat, infak dan sedekah. Berhubung kebanyakan yang hadir berpenghasilan dibawah nisab zakat mal maka tidak sedikit dari yang hadir bertekad untuk memperbanyak infak, sedekah dan tetep bayar pajak walo pajak yang mereka bayarkan dijarah oknum pejabat.

Adalah tiga remaja yang menghadiri majelis tersebut. Ketiganya senang mengomentari apa yang dikatakan si penceramah. Namanya juga remaja, suka bercanda dan mengobrol bisik-bisik ditengah majelis, kilah salah seorang diantaranya.

Sepulang dari majelis tersebut, mereka bertekad mengamalkan sedikit ilmu yang telah mereka dapatkan.
“Stop!” kata A
“Ada apa?” tanya B
“Kita ke rumah zakat yuk, ayo kita bersedekah.” Sahut A
“Tapi gak banyak duit yang dibawa.” sahut C
“Yah... mau sedikit mau banyak yang penting mengamalkan daripada tidak sama sekali.” Kata A, sok bijaksana.

Masuklah mereka bertiga ke rumah zakat. Mba yang berkerudung putih menyapa mereka dan mempersilahkan mereka bertiga duduk.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Kami mau belajar bersedekah mba!” Jawab B
“Oh... bagus itu. Mau bersedekah apa, de?”
A langsung berdiri, merapikan bajunya, lalu berkata,” Saya mau bersedekah ini!” dan ia tersenyum dengan manis.
Perempuan setengah baya yang berkerudung putih bingung, lalu bertanya “Maksudnya?”
Dengan penuh percaya diri, A menjawab” Saya bersedekah dengan tersenyum, tersenyum kan termasuk sedekah Mba!”
B dan C serentak berdiri. “Maaf ya Mba...” teriak B dan C sambil menyeret A keluar rumah zakat.

Komentar

Postingan Populer