Semua ada wakktunya

Aku.... aku.... pernah menjadi seseorang seperti kamu.

Suatu waktu, aku pernah menyukai menuliskan apa saja di jejaring sosial. Dari hal remeh-temeh sampai kritik sosial yang pedas. Apa yang aku pikirkan, aku tulis dan posting. Serasa... gimana gitu dunia tahu isi kepalaku. Keranjingan pula... apalagi jika sahabat, teman "care" dengan apa yang aku posting.

Suatu waktu pula... aku hitung-hitungan sama diri sendiri. Sehari berapa lama aku menatap compi, laptop dan hp. Seberapa lama pula aku menatap tugas. Serta sudahkah aku menjalankan kewajibanku dengan baik. Atau... idealnya, seberapa lama aku membaca kitabullah. Aku malu sendiri.

Suatu waktu... aku terlupa akan sesuatu yang pernah aku pikirkan. Aku tetap mengungkapkan apapun. Nah... kebetulan saat itu, diksi yang aku pergunakan tidak tersortir.... Aku kira biasa-biasa aja. Ternyata... apa yang aku pikirkan belum tentu sama dengan apa yang pembaca dan penyimak pikirkan. Ada orang-orang yang respek, bahkan jatuh suka padaku tanpa alasan. Ada pula orang-orang yang menjadi antipati. Antipati itu bisa datang dari siapa saja. Bahkan orang terdekat yang diduga sangat memahami aku.

Seseorang pernah berkata, Aku mengerti dengan apa yang kamu pilih, alasanmu, keadaanmu tapi aku tidak sejalan dengan apa yang kamu pilih dan pembenaran yang kamu ungkapkan. Banyak bicara semakin dekat dengan "terlalu asik dengan pikiranmu sendiri", kemampuan dan kemauan mendengarmu terkikis.

Truthly, Aku tak suka bila aku tak mampu mendengar orang lain. Yeah... walau pada kenyataannya aku mendengarkan orang lain dan belum tentu pula menjalankan dan setuju apa kata mereka. Dengar, lihat dan pahami lebih dekat tanpa banyak kata tampak jauh waw... dimataku kini.

Aku tak mau menyesal karena kata-kata yang spontan keluar dari otakku. Semua ada waktunya tanpa kata yang terungkap.

Komentar

Postingan Populer