Alhamdulillah

Seperti biasa... eh, salah deng...luar biasa....

Gak biasanya, beda, different... pagi itu...rasanya badan tuh remuk. Cape padahal masih pagi. Penat padahal belom banyak yang dilakuin. Beberapa kali menghela nafas panjang. Yang terlintas dalam pikiran tuh.... "Ya Allah... bosen banget dengan rutinitas yang serupa, menjemukan setahun belakangan yang dilakuin itu-itu aja", "Ya Allah akankah manusia ciptaanMu itu, yang satu itu dapat mengerti mauku?", "Ya Allah dapatkah manusia yang satu lagi yang itu...tuh bisa menghargai keberadaanku?" dan sejumlah rutukan dan keluhan ku utarakan kepadaNya saat aku duduk termenung di angkutan umum.

Di sekitaran Ujung Berung, naik seorang laki-laki paruh baya yang menggunakan kopiah dan berpakaian ala santri dengan putrinya mungil, lucu dan berkerudung. Umumnya anak kecil yang aku temui tuh cerewet... ini nggak...pendiem. Selama di angkot gak banyak nanya kayak aku jaman kecil, "Ini dimana? Itu gedung apa? Nah yang itu toko apa? Ada apa aja disana"...yah setandar orang kepo dari kecil.

Pas si Bapak itu abis menyetop angkot di berkata pada putinya, "Udah sampe! Yuk turun". Digendongnya perempuan cilik yang memesona itu menuruni angkot. Diberdirikan di trotoar bagian tepi dalam jalan, sambil berucap bersamaan dengan putrinya, "Alhamdulillah". Aku kaget. Seraya di memberikan ongkos, dan aku pun berlalu.

Mungkin ini hal biasa bagi kamu-kamu. Aku kaget, sedari bangun aku merutuk karena badanku yang terasa linu, remuk. Ada alasan yang dibuat-buat oleh karenanya. Aku lupa bersyukur dengan hal-hal sederhana. Seperti halnya bapak tadi mengajarkan putrinya untuk mensyukuri nikamat. Nikmat sampai tujuan dengan selamat. Aku lupa bersyukur aku masih dapat menghela nafas, dapat melihat, merasakan, mencicipi, berjalan, dapat berpikir dan banyak lagi. Sesungguhnya bapak tadi bukan hanya mengajarkan putrinya untu bersyukur dan dia secara tidak sengaja menegurku agar tak lupa bersyukur dan berhenti untuk mengeluh.

Komentar

Postingan Populer