Surat untuk Neptunus

Dear, Nus....

Hai, Nus! Apakabar? Sudah lama rasanya aku tak berkirim surat padamu. Kau kan sakti, jadi biarlah ku kirimi surat disini... bukan maksud hati aku tak sopan. Berkirim surat padamu diatas kertas lalu dikirim melalui sungai.... kini aku riskan. Takut suratku untukmu bersatu dengan sampah Nus....

Nus, di lautan sana musim apa? Bahagiakah kau jumlah air bertambah? Atau kau kesal pada manusia pembuat onar? Maafkan kaumku ya...Nus. 

Nus, aku ingin bercerita padamu. Aku rindu... juga sedih. Nus.... rasa-rasanya kok sulit yah punya sahabat sesama manusia... Coba kau bayangkan....

Aku punya teman-teman banyak. Alasan kenapa bisa bersahabat mungkin bermula dari kontinuitas pertemuan, kecocokan satu sama lain dan yang terpenting tolerasi tingkat eLu.

Sedih Nus, ketika kebersamaan itu terkikis oleh jarak dan aktifitas. Manusiawi sih... setiap manusia mencari dan menjalani penghidupannya masing-masing. Hanya saja.... miris. Dulu setiap hari kita berbagi suka, duka dan cinta. Meski kita masing-masing memiliki peraduan cinta, namun kita masih bisa berbagi. Kini rasa-rasanya hm... nothing. 

Emang sih aku gak bisa maksain kehendak. Masa orang gak cerita aku paksa cerita. Aku rindu... rindu dibutuhkan, aku rindu... rindu menjadi badut lemot, aku rindu... menjadi tempat bertanya, aku rindu berbagi tangis dan tawa.

Nus... Kok bisa yah Pooh, Sapi, Nana, Bebek, Durek, Alien... lupa padaku? Bertanya kabarku pun tidak. Hm... Kenapa harus orang yang dulunya tak pernah ku hiraukan yang selalu ada untukku? Hh... manusiawi yah Nus...Hihi... harusnya aku bersyukur ya Nus... masih ada Onyet, Shinchan, Boanz, Ceukiwit yang awet jadi sobatnya aku. 

Nus, eLu disana suka rindu padaku? segelintir manusia yang berusaha tak merusak tempat tinggalmu.

Nus...sampai disini dulu yah suratku untukmu. Aku akan melanjutkan aktivitas manusiaku.... bye.... miss u!

Komentar

Postingan Populer