Dari Hati ke Hati

Baca judulnya, bukan lagu Oh Ya yang dinyanyikan ulang salah satu boy band yah....

I dont know why. But this happen to me. Much something mistake. To be troublemaker again. Feels have a world, in there just you and me. Yang laen ngontrak....hehehe....

Berulangkali pagi ini kuhela nafas panjang. Tuhan, ada apa denganku? Mengapa bisa berbaur dan melebur? Bukankkah berlawanan arus dengan berbaur tapi tak lebur? Kucoba mengurai satu persatu benang kusut yang ada dikepalaku.

Satu, "Kok bisa aku jadi seperti berpikiran sempit?". Mmm... parno. Jawaban itu yang aku temukan hari ini. Maksud hati beradaptasi mengikuti apa yang diingikannya. Tapi tetap jadi serba salah. "Diajar atuh...", Cezmed sih bilang gitu. Belajar? Belajar itu butuh waktu. Butuh proses.

Proses ketika "parno" itu datang dimulai dari perasaan bersalah. Pernahkan kamu melakukan satu kesalahan yang fatal? Aku pernah. Pernah melukai hati yang terdalam orang yang paling aku kasihi. Namanya hati, siapa yang tahu. Seberapa dalam luka yang tergores hanya dia dan Sang Maha Penggenggam hatilah yang tahu. Aku tahu dia bukanlah malaikat. Aku berharap suatu hari nanti dia bisa memaafkanku dengan ikhlas.

Aku tidak dapat berharap banyak. Aku hanya bisa berusaha memperbaiki sedikit demi sedikit keretakan yang ada. Namun aku hanya bisa berusaha, maaf yang ikhlas kembali pada orang yang bersangkutan.

Ada sejumlah aturan yang terbangun perlahan. Menjadi sebuah benteng yang tinggi yang membatasi aku bersahabat. Sahabatku kini tak bolehlah seorang pria, wanita yang memiliki sahabat pria pula. Jikalau aku mau berbagi apa yang aku pikirkan , rasakan dan kualami dengan sahabatku maka aku harus berbagi pula dengannya. Aku ikuti aturan main itu.

Jikalau aku kan melangkah pergi, sebisa mungkin aku harus pergi dengannya. Bagaimana tidak? Aku diantar jemput. Kalaupun tidak, kalaupun aku pergi dengan temanku selalu saja ada masalah yang timbul kemudian. Mulanya aku berpikir, gak apa kali yah pergi sama cewek merawat diri dan sekedar makan. Namun masalahnya yang muncul adalah aku pergi makan tidak teasuk ke dalam daftar izin. Oh God, emang itu dadakan. Dan aku gak izin terlebih dahulu. Lagi dan lagi aku diintrogasi. Aku lelah.

Aku putuskan untuk mempersempit ruang gerak dan ruang berpikir. Ruang gerakku... rumah-kampus-kantor-tempat belanja bulanan. Ruang sosial, tak usahlah aku up date lagi media sosial jikalau bukan sesuatu yang mendatangkan manfaat. Ruang berpikir, cukuplah aku hanya memikirkan soal kuliah, tugas kantor, teman kantor, keluarga dan dia saja. Gak usahlah pake BB, dia kan gak pake BB ntar dia curiga lagi aku BBMan sama siapa aja. Gak usahlah mikirin orang lain. Gak usah sharing, tar salah lagi. Pada akhirnya... I dont know what i do, that wrong or....

That all I have done for keep our heart. Ngejaga perasaan dia. Ngehargain dia siapa. Aku takut. Sangat takut melukainya lagi.

Aku rindu. Merindukan berbicara dari hati ke hati. Menurunkan segala ego. Memaafkan kesalahan yang pernah ada. Menapaki hari esok dengan perjajian baru. Komitmen baru. Apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak. Bukan membangun sebuah benteng yang tinggi sehingga mempersempit ruang berpikir dan berkreatifitas.

Run away... and fallin in love with me again.

Komentar

Postingan Populer