On My Head...

Dari jaman SD dulu aku selalu membayangkan suatu hari nanti aku mau apa. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi kebiasaan itu hilang tergantikan oleh kegiatan sms-an atau BBM-an sama temen-temen atau si pacar hingga aku terlelap dengan sendirinya. Namun sekarang aku sedang berupaya mengembalikan kebiasaan tersebut.

Hidup tanpa dunia mimpi hari esok akan menyongsong apa seperti raga tanpa jiwa. Dari sekitar tahun 2009 sampai pertengahan 2013 aku adalah raga tanpa jiwa. Menjalani hari-hari tanpa keinginan yang jelas dan masa depan entah akan di bawa kemana. Dengan membayangkan masa depan yang seperti apa yang aku inginkan seperti membangunkan aku agar senantiasa bersemangat menjadi manusia yang hidup seutuhnya.

Mm... mimpi kala SD ada kaitannya sama majalah Bobo. Dulu kan suka banget tuh baca majalah Bobo...disana banyak cerita-cerita yang menyajikan tentang kemandirian, kepedulian dan pengetahuan umum. Aku sangat tertarik sama topik anak jalanan. Aku pernah pengen punya rumah khusus untuk anak-anak jalanan, aku cukup tinggal di paviliun saja. Pengen sejenis rumah singgah.

SMP agak lebih maju pemikirannya. Aku sadar kebutuhan manusia bukan sekedar tempat tinggal, tempat untuk pulang dan beristirahat melainkan juga butuh penghidupan seperti makan, pekerjaan, hobi dan lainnya. Aku ingin lahan pertanian dan sebuah workshop. Untuk anak-anak jalanan yang lebih suka otot mungkin aku arahkan untuk bertani dan workhop untuk anak-anak yang lebih pake otak dan memiliki tingkat kesabaran yang lebih. Karena waktu SMP aku tahunya dunia jahit-menjahit yang kepikiran yah buka workshop jahit menjahit deh berikut design-nya.

SMA mulai deh kepikiran kalo sebagian mimpi yang aku punya itu absurd. Aku tidak bisa memaksa orang untuk menjadi petani, penjahit dan disainer. Setiap orang memiliki keinginan masing-masing. Setiap jiwa memiliki mimpi dan keahlian yang unik. Karena aku saat itu mulai jatuh cinta pada teknologi dan dunia informasi.

Kuliah....aku mulai berfikir tentang emosi dan cinta. Rumah bukan hanya tempat pulang, istirahat tapi juga tempat cinta dan kasih sayang yang akan menemani penghuninya seumur hidup. Penghargaan bagi setiap jiwa akan mimpi-mimpinya. Tempat pertama yang seharusnya menjunjung hak-hak manusia. Aku mulai melupakan dunia pertanian dan workshop serta menghadirkan sekolah sebagai gantinya.

Aku ingin setiap anak mendapatkan pendidikan yang layak guna memfasilitasinya meraih dan menggenggam setiap mimpi. Sekolah yang menjadi wahana jelajah dunia tanpa tepi yang dilandasi oleh tanggung jawab. Adakah? Dan sekolah yang akan mengantarkan mereka kembali ke rumah dengan semangat cinta dan kesadaran akan kebesaran Tuhan. Adakah?

Tahun 2009, awal dari aku terhempas di dunia nyata dan tersesat didalamnya. Dunia tidak semanis mimpi-mimpi yang aku punya. Yah dunia memang tidak semanis mimpi yang aku punya. Tapi kini aku harus membuat duniaku semanis mimpiku.

Not only on my head, my dream can be come true. :)

Komentar

Postingan Populer